Cari Blog Ini

Sabtu, 17 September 2011

Sedikit Saja,


Tulis apa yang bisa kamu tuliskan, sebelum semuanya terlambat. Sedih, senang, atau apapaun yang sedang kamu rasakan. Setidaknya itu bisa menjadi sebuah katarsis untukmu, ya untukmu sendiri…

Masih belum hilang di benakku, bahwa pertemuan di Malang awal September kemarin begitu mengagumkan. Kamu berbeda, walaupun kamu selalu berbeda di setiap pertemuan. Tapi jujur, perubahan kali ini benar-benar membuat aku bahagia. Kamu lebih matang di usiamu, kamu juga seolah tahu bagaimana aku ingin diperlakukan, terima kasih. Aku hampir tak mau sedikitpun lupa bagaimana gerak fisikmu saat bersamaku kemarin. Bolehkah aku mengatakan bahwa aku jatuh cinta padamu, lagi? 

Aku bahagia, saking bahagianya aku ceritakan semua termasuk perasaanku kepada sahabatku, Yeni. Mungkinkah aku terlalu bahagia? Apapun itu, aku juga manusia biasa yang sedang berbahagia sehingga menganggap apapun berhak untuk diceritakan. Namun di sisi lain, terkadang aku juga berpikir bahwa seharusnya aku tidak over mengekspresikan perasaan itu karena justru itulah yang akan membuatku merasa kesakitan dengan perasaan ini. Aku ingin bahagia bersamamu.

Tiba-tiba saja semua berubah, entah hanya perasaanku saja atau perilakumu yang membuat perasaanku berubah. Kembali untuk kesekian kalinya aku berpikiran bahwa kamu memang tidak membutuhkanku. Ada atau tanpa aku, nampaknya sama saja bagimu. Lalu, bagaimana denganku? Sedih dan meratapi apa yang telah terjadi. Ternyata aku masih belum mampu mengenalmu, belum mampu menerima apapun tentang dirimu, entahlah!

Kalau saja aku bisa, ingin aku mengikhlaskan apapun yang terjadi antara aku dan kamu. Percaya bahwa semua telah ada ketetapannya, lalu hidup seperti biasa tanpa keluhan. Tapi sungguh aku hanya manusia, aku wanita, yang ingin diperlakukan sebagai manusia wanita oleh kamu sebagai prianya. Yach, mengeluh lagi ya?? bukan, aku hanya ingin mengungkapkan sepersekian persen dari perasaanku.

Aku mau menuliskan tentang seharusnya, sebaiknya, semampunya, atau apalah. Seharusnya kamu punya perasaan yang lebih peka, sekalipun aku tau kamu lebih suka menonjolkan logika berpikirmu. Sebaiknya kamu memikirkan lagi, apakah dengan sikap yang kamu anggap kebebasanmu itu tidak membuat orang lain merasa tersakiti? Dan dengan semampunya juga mestinya kamu jujur atas perasaan yang kamu rasakan selama bersamaku. Entah kenapa saat ini, dalam hal ini aku sedang tidak ingin berpikiran positif tentang kamu.

Rasanya cukup, karena aku juga tak tahu harus berharap apa…


Kamar tidurku, 9 September 2011
Kadang aku memang membutuhkan sedikit kegalauan untuk bisa berpikir lebih jernih,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar