Sebuah pengalaman baru, aku dapat. Bahagia, meski
sederhana.. sebuah kalimat yang menggambarkan perasaanku di siang ini. Aku berhasil
dalam konseling, setidaknya untuk diriku sendiri. Aku berhasil mengatasi
kesulitan terbesarku, yaitu berdamai dengan diriku sendiri ketika mengetahui
masalah yang dihadapi orang lain. Great!!
Siswaku, terima kasih telah menyumbang hikmah pada tumpukan
pelajaran di hati Bu Dian! Konseling siang ini telah mematahkan anggapan beberapa
orang bahwa “si A itu nakalnya minta ampun! Sukanya cuma buat ulah saja di
kelas. Menjahili temannya, bahkan meremehkan gurunya!!”
Sayang sekali, dan maaf aku tidak sependapat dengan
anda Pak, Bu.. Aku lebih suka melihat anak/ siswa sebagai bibit-bibit baru
potensi diri dari keunikan yang dimilikinya. Akupun telah membuktikan, ya saat
konseling siang ini.. Subhanalloh, betapa dia punya kelebihan yang tak pernah
aku duga sebelumnya, akupun kagum! Anak ini hanya mengalami masa transisi dari
masa kanak-kanak ke masa remaja yang butuh wadah, dukungan, dan motivasi dari
orang-orang terdekatnya untuk mengembangkan keunikannya.. “Bismillaah ya, nak!”
ucapku dalam hati.
Aku biarkan dia bercerita bagaimana cara orangtuanya
mendidik. Banyak sekali yang ia ceritakan, bahkan akupun sempat tak bisa
menyela saat dia bercerita. Bagaimana jatuh bangun orangtuanya sehingga bisa
seperti saat ini -baca, kaya-, serta beberapa cerita lainnya. Dari sekian
banyaknya cerita yang aku dengar saat itu aku, bisa membuat kesimpulan bahwa dia
hanya butuh orang yang bisa mengarahkannya, menunjukkan jalan atas harapan-harapan
yang saat ini belum mampu ia ungkapkan
itu. dan aku merasa itu tugasku!
Aku tulis dalam sebuah kertas yang aku bawa saat
konseling siang ini, dan aku menyuruhnya untuk membaca, “Kamu adalah harapan Bu
Dian!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar